Adaratusan peziarah yang datang untuk menyekar, berdoa, berzikir, dan lain sebagainya di makam leluhur mereka yang telah tiada. Setelah itu, tidak sedikit masyarakat yang langsung berziarah di makam Ki Buyut Suyem dan Nyi Masniti. Mereka berdoa tepat di depan pintu masuk ruangan makam kedua tokoh penyebar agama Islam tersebut.
Tanggalyang tertera, 30-7-1969, tampaknya adalah tanggal dilakukannya kegiatan perbaikan masjid. Masuk ke ruang utama masjid yang tak begitu besar terlihat mimbar dan soko guru berukir suluran daun dan bunga. Saya sempat memotret dari dalam cungkup Makam Ki Buyut Trusmi Cirebon, melewati pintu masuk ke arah luar, mengikuti permintaan Haji
Diamimpi 3 kali, disuruh ziarah ke makam ini. Datang siang, ziarah nggak lama, balik siang itu juga, ga sampe bermalam," kata ketua RT setempat, Madrohim yang juga ahli waris makam keramat
KepadaHarimbi dalam rangka menjadi tabib dan juru kunci makam Ki Buyut Joharuddin atau Syeikh Abdul razaq agar berpedoman kepada ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah 3.
didalam komplek makam buyut trusmi terdapat berbagai makam makam lainnya yang di keramatkan, juga terdapat dua buah kolam pemandian suasanna adem akan terasa di sini apa lagi bangunan arsitektur makam buyut trusmi yang unik,biasanya tempat ini selalu mengadakan pergantian suhunan atau atap makam yang terbuat dari kayu setahun sekali,
GN9gXBO. Kamis, 12/10/2017 2041 WIBMinggu, 04/02/2018 0253 WIBoleh β Komplek Buyut Trusmi merupakan tempat ziarah yang dibangun pada tahun 1481 oleh Trusmi, anak pertama Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Buyut Trusmi adalah yang menyebarkan ajaran Islam di Cirebon. Kompleks Makam Ki Buyut Trusmi terdapat di Kampung Dalem Kelurahan Trusmi Wetan Kecamatan Weru. Lokasi yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Kelurahan Sumber ini sangat mudah dijangkau menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Gerbang masuk pertama ke kompleks Kramat Buyut Trusmi Cirebon berupa gapura terbuat dari susunan bata merah bakar. Lingkungan sekitar komplek Makam Ki Buyut Trusmi berupa pemukiman penduduk. Sebagaimana bangunan dari masa kesultanan Cirebon lainnya, komplek Makam Ki Buyut Trusmi didominasi warna merah bata. Halaman dalam secara umum terbagi dua bagian. Di sebelah selatan terdapat bangunan masjid sedangkan sebelah utara merupakan tempat bangunan makam Buyut Trusmi. Jika datang berkunjung ke tempat wisata ini, merangkaklah melewati gapura dan masuk ke dalam area makam. Melangkah lebih ke dalam, ada masjid. Di dalam masjid ada bedug memanjang cukup besar yang diletakkan menggantung, diikat sepasang tambang. Beberapa baris tulisan dalam huruf Arab terlihat pada dinding di atas pintu masuk ke dalam ruang utama masjid. Tanggal yang tertera 30-7-1969. Tanggal tersebut menunjukkan waktu perbaikan masjid. Masuk ke ruang utama masjid yang tak begitu besar, terlihat mimbar dan soko guru berukir suluran daun dan bunga. Pengelola situs Ki Buyut Trusmi, Ahmad menjelaskan, pada waktu tertentu biasa dilakukan upacara. Pada setiap tanggal 25 bulan Maulud dilakukan upacara ganti welit atap dari anyaman daun kelapa dilanjut dengan tahlilan. βAtap yang terbuat dari sirap juga diganti secara berkala. Setiap empat tahun sekali upacara penggantian sirap dilakukan. Dalam upacara ini akan dipungkasi oleh pertunjukan wayang kulit.β Dara/mgng
Kramat Buyut Trusmi Cirebon merupakan kompleks kubur di Plered, Cirebon, tak jauh dari Toko Batik Trusmi Cirebon Jaya Abadi. Jika tak membawa kendaraan, ada banyak becak yang bisa mengantar pengunjung ke Kramat Buyut Trusmi, sebelum atau setelah belanja batik. Saat ke Kramat Buyut Trusmi, di sana berlangsung Memayu, acara adat 4-tahunan dimana warga bergotong royong mengganti sirap bangunan di kompleks yang luasnya 3600 m2. Ki Buyut adalah sesepuh Trusmi dan sangat berjasa dalam mengembangkan tradisi kerajinan batik. Gerbang masuk pertama ke kompleks Kramat Buyut Trusmi Cirebon berupa gapura terbuat dari susunan bata merah bakar. Tidak terlihat ornamen keramik pada dinding gapura ini. Lapangan rumput di sebelah kiri adalah tempat dimana kami memarkir kendaraan agar lebih dekat berjalan ke lokasi. Tempat parkir yang lebih rapi berada di seberang pintu gerbang ini. Tak lama kemudian kami sampai di gapura candi bentar ketiga, setelah melewati candi bentar kedua, yang dinaungi penutup yang tampak di sebelah kanan sebagai pintu masuk ke dalam kompleks Kramat Buyut Trusmi Cirebon. Kompleks itu dikelilingi tembok batu bata merah setinggi orang dewasa. Beberapa orang tengah bekerja di atas atap cungkup gapura. Kami dipertemukan dengan Haji Ahmad, pemimpin situs bersejarah yang berusia lewat tengah abad untuk meminta ijin masuk ke dalam kompleks. Setelah berbincang beberapa saat, kami pun diperbolehkan masuk untuk memotret, kecuali cungkup makam Ki Buyut Trusmi. Sebuah susunan bata merah setengah lingkaran memisahkan bagian depan dengan bagian tengah kompleks. Kesibukan sangat terasa, baik yang tengah mengganti sirap, maupun yang memasak. Sebuah Pohon Kopi Anjing tampak di bagian belakang kompleks, yang mengingatkan saya pada pohon sejenis di sebelah kiri rumah Embah di kampung. Ki Buyut adalah putra pertama Prabu Siliwangi. Sebelumnya ia bernama Pangeran Walangsungsang, atau Pangeran Cakrabuana, pendiri Kerajaan Cirebon. Setelah Ki Buyut Trusmi menyerahkan keraton yang sekarang Keraton Kasepuhan ke Sunan Gunung Jati, Ki Buyut pindah ke daerah Trusmi ini pada tahun 1470, dan membangun kompleks ini pada tahun 1481. Pandangan pada sebuah gapura rendah setinggi pinggang orang dewasa di kompleks Kramat Buyut Trusmi Cirebon. Untuk melewatinya untuk berziarah pada kubur yang ada di sana orang harus membungkuk atau bahkan merangkak, sebuah cara praktis untuk memaksa para pengunjung memberi hormat pada penghuni kubur yang akan dikunjungi. Jika datang berkunjung ke tempat wisata ini, merangkaklah melewati gapura ini dan masuk ke dalam area kubur di sana karena terdapat sebuah tengara menarik yang saya tidak sempat. Melangkah lebih ke dalam, ada masjid yang juga tengah diperbaik. Di dalam masjid ada bedug memanjang cukup besar yang diletakkan menggantung, diikat oleh sepasang tambang. Beberapa baris tulisan dalam huruf Arab terlihat pada dinding di atas daun pintu masuk ke dalam ruang utama masjid. Tanggal yang tertera, 30-7-1969, tampaknya adalah tanggal dilakukannya kegiatan perbaikan masjid. Masuk ke ruang utama masjid yang tak begitu besar terlihat mimbar dan soko guru berukir suluran daun dan bunga. Saya sempat memotret dari dalam cungkup Makam Ki Buyut Trusmi Cirebon, melewati pintu masuk ke arah luar, mengikuti permintaan Haji Ahmad agar tidak memotret pusara di belakang saya yang saya kira merupakan Makam Ki Buyut. Di sana ada kayu penyangga kusen dengan ukiran berangka tahun 1957, yang sepertinya menunjukkan salah satu tahun perbaikan di kompleks ini. Berjalan mengikuti kemana arah langkah kaki, saya kemudian bertemu dengan sebuah bangunan cungkup yang disebut sebagai Witana. Konon Witana awit ana, mulai ada adalah bangunan tempat sholat yang pertama kali dibuat oleh Ki Buyut ketika baru saja datang ke tempat ini, sebelum dibangunnya masjid yang permanen. Di sebelah bangunan Witana terdapat undakan untuk masuk ke dalam sebuah kolam tua. Sayang sekali kolam ini airnya hijau keruh, sehingga tidak begitu sedap dipandang mata. Memayu, yaitu penggantian sirap separuh bangunan setiap empat tahun sekali, dilakukan setiap tahun pada 25 Maulud. Memayu juga dimaksudkan untuk memperindah sifat-sifat manusia dari sifat lama yang buruk ke sifat baru yang bagus. Pada acara Memayu, sumbangan mengalir dari warga, baik tenaga, bahan makanan, jajanan dan minuman, maupun uang. Maka jadilah sebuah pesta rakyat. Sebelum sirap dibuka, malamnya ada acara tahlilan disertai Shalawat Brai kesenian Bayalangu yang diiring alat musik gembyung semacam rebana, kendang, dan kecrek. Setelah itu setiap malam sampai selesai penggantian sirap, Kramat Buyut Trusmi Cirebon diramaikan acara hiburan, seperti terbangan, layar tancap, wayang kulit, dangdut, dan sandiwara. Ada pula arak-arakan kirab 14 tombak pusaka Ki Buyut serta hasil bumi, dan ditampilkan tarian Babak Yoso dan Tari Angun yang sudah jarang dibawakan. Ki Buyut Trusmi mempunyai dua adik, yaitu Rara Santang Ibunda Sunan Gunung Jati, dan Pangeran Rajasengara. Menurut ki Haji Ahmad, setelah ditinggal puteri Cina, Sunan Gunung Jati kawin lagi namun tak ada yang cocok. Barulah cocok setelah menikah dengan Pakungwati, anak Ki Buyut. Karena itu Keraton Kesultanan Cirebon disebut juga Keraton Pakungwati. Alamat Kampung Dalem, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Weru, Cirebon Kabupaten. Lokasi GPS Waze smartphone Android dan iOS . Jam buka sepanjang hari dan malam. Harga tiket masuk gratis, sumbangan diharapkan. Hotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon
makam ki buyut tanggal